Strategi Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Model pembelajaran merupakan suatu pola atau rencana yang dilakukan untuk mengorganisir unsur-unsur (komponen-komponen) pembelajaran. Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat dasar pada beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di tingkat sekolah dasar cenderung text book oriented  dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, model pembelajaran  yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi belajar  siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai model dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Guru memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang matang agar proses pembelajaran berhasil dengan baik, tetapi kenyataan di lapangan tidak seperti yang diharapkan. Kemampuan guru terhadap penguasaan pengelolaan pembelajaran masih perlu ditingkatkan. Guru masih menjadi pusat dalam pembelajaran, sementara siswa kurang diperdayakan kemampuannya sehingga aktifitas dan partisipasinya kurang berarti.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa maka digunakanlah beberapa model pembelajaran oleh guru. Salah satu model pembelajarannya adalah model pembelajaran pertemuan kelas dan model pembelajaran investigasi kelompok.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian model pembelajaran pertemuan kelas?
2.      Bagaimana sintaks dari model pembelajaran pertemuan kelas?
3.      Apa pengertian model pembelajaran investigasi kelompok?
4.      Bagaimana sintaks dari model pembelajaran investigasi kelompok?
1.3    Tujuan
1.         Mengetahui pengertian model pembelajaran pertemuan kelas.
2.         Mengetahui sintaks dari model pembelajaran pertemuan kelas.
3.         Mengetahui pengertian model pembelajaran investigasi kelompok.
4.         Mengetahui sintaks dari model pembelajaran investigasi kelompok

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Model Pembelajaran Pertemuan Kelas
Model pembelajaran pertemuan kelas diciptakan berdasarkan terapi realitas yang dipelopori oleh William Glasser. Glasser percaya bahwa permasalahan manusia kebanyakan disebabkan oleh kegagalan memfungsikan diri dalam lingkungan sosialnya (kegagalan fungsi sosial). Ia percaya bahwa setiap manusia mempunyai dua kebutuhan dasar yaitu cinta dan harga diri. Model ini merupakan kategori model yang berorientasi pada pribadi karena model ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang adalah sumber pendidikan. Model-model dalam kelompok ini memusatkan perhatiannya pada individu dan kebutuhannya. Secara keseluruhan, model ini berusaha memahami sifat-sifat individu guna meningkatkan pribadi dan kemampuannya beserta menghubungkannya dengan hal-hal produktif lainnya.
Model pertemuan kelas adalah model pembejaran yang terjadi didalam kelas yang melibatkan pendidik dan peserta didik didalamnya yang bekerja sama untuk menciptakan suasana belajar yang hangat dan damai didalamnya demi terciptanya pembelajaran yang optimal. Model ini digunakan untuk mengembangkan kelompok yang dapat menumbuhkan suasana memelihara,disiplin diri sendiri, dan kesepakatan  berperilaku. Model pertemuan kelas ini guru dituntut untuk bersikap hangat, sabar kepada peserta didik, terampil dalam mengelola hubungan interpersonal dan berkepribadian yang baik demi terciptanya suasana kelas yang baik. Keterlibtan pendidik dengan penuh kehangatan dan bersifat pribadi yang memungkinkan para siswa berperilaku raalistik.
2.2  Sintaks Model Pembelajaran Pertemuan Kelas
Model pertemuan kelas memiliki enam tahapan yang penting diantaranya yaitu sebagai berikut.
a)    Tahap Pertama : Membangun iklim keterlibatan
1.    Mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi dan berbicara untuk dirinya sendiri
2.     Berbagi pendapat tanpa saling menyalahkan atau menilai
b)   Tahap Kedua : Menyajikan masalah untuk didiskusikan
1.    Siswa dan atau pengajar membawa isu atau masalah
2.    Memaparkan masalah secara utuh
3.    Mengidentifikasi akibat yang mungkin timbul
4.    Mengidentifikasi norma sosial
c)    Tahap Ketiga : Membuat keputusan nilai personal
1.    Mengidentifikasi nilai yang ada di balik masalah perilaku dan norma sosial
2.    Siswa membuat kajian personal tentang norma yang harus diikuti sesuai dengan nilai yang dimiliki.
d)   Tahap Keempat : Mengidentifikasi pilihan tindakan
1.    Siswa mendiskusikan berbagai pilihan atau alternative perilaku
2.    Siswa besepakat tentang pilihannya tersebut
e)    Tahap Kelima : Membuat komentar
1.      Siswa membuat komentar secara umum
f)    Tahap Keenam : Tindak Lanjut Perilaku
1.    Setelah periode tertentu, siswa menguji efektifitas dari komitmen dan perilaku baru itu.
Model pembelajaran pertemuan kelas ini tidak hanya dilakukan oleh guru kelas. Namun seorang konselor sekolah atau guru pembimbing juga dapat menerapkan metode ini dalam pemberian layanan di kelas. Menurut saya model pertemuan kelas ini bisa dimasukkan ke dalam layanan bimbingan dan konseling, yaitu bimbingan kelompok. Apabila model pertemuan kelas diterapkan dalam dunia bimbingan dan konseling, konselor sekolah atau guru pembimbing bertindak sebagai pemimpin. Terdapat enam tahap dalam model pembelajaran pertemuan kelas. Tahapan diatas dapat diterapkan oleh guru pembimbing atau konselor sebagai acuan dalam melakukan model pembelajaran pertemuan kelas. Model ini dapat digunakan sebagai kriteria untuk melihat keaktifan siswa maupun keberanian siswa dalam mengemukakan berbagai pendapat. Tugas konselor sebagai adalah mengatur jalannya model pembelajaran ini dan mencatat siswa-siswa yang aktif atau pasif dalam kegiatan tersebut. Jika konselor sekolah sudah mendapat catatan siapa saja siswa yang pasif dalam kegiatan ini, maka sebagai tindak lanjutnya konselor sekolah dapat memberikan treatment atau perlakuan untuk mengubah perilaku siswa yang masih pasif tersebut agar menjadi aktif (perubahan perilaku positif).
Contoh penerapan model pembelajaran pertemuan kelas dengan masalah “ Perilaku Membolos”.
a)    Tahap pertama : Membangun iklim keterlibatan
1.    Mendorong siswa untuk berpartisipasi dan berbicara untuk dirinya sendiri.
Konselor atau guru pembimbing menciptakan suasana kelas yang hangat dan kondusif sehingga model pembelajaran pertemuan kelas dapat hidup. Sebelum dimulai, konselor membacakan aturan maupun tahapan dalam metode ini. Focus dari metode pertemuan kelas adalah keterlibatan seluruh siswa secara aktif. Jika ada siswa yang pasif maka konselor perlu mencatat dan membangkitkan motivasi siswa tersebut agar ikut terlibat dalam kegiatas kelas secara aktif. Siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat dan saling menghargai perbedaan pendapat tanpa saling menyalahkan.
2.    Berbagi pendapat tanpa saling menyalahkan atau menilai
Setelah konselor berusaha menciptakan suasana kelas yang hangat dan kondus, serta menggugah motivasi siswa untuk perpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Tugas konselor selanjutnya adalah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengemukakan pendapatnya tanpa saling menyalahkan atau menjatuhkan satu sama lain.
b)   Tahap kedua : Menyajikan masalah untuk didiskusikan
1.        Siswa dan atau pengajar membawa isu atau masalah
Konselor menyajikan masalah, yaitu membolos. Setiap siswa harus mengetahui dan memahami tentang permasalahan tersebut.
2.        Memaparkan masalah secara utuh
Selanjutnya masalah membolos yang sudah di angkat dalam forum kelas itu dipaparkan dan dikaji secara utuh. Setiap siswa mengupas permasalahan tersebut secara tuntas. Melihat dari keragaman karakteristik dan kemampuan menangkap informasi atau ilmu pengetahuan maka pemahaman terhadap masalah membolos pun juga menumbuhkan banyak sudut pandang dan memunculkan keragaman pendapat. Tugas konselor tetap pada memfasilitasi dan mengatur jalannya diskusi.
3.         Mengidentifikasi akibat yang mungkin timbul
Diskusi yang terjadi di dalam kelas pada tahap ini membahas mengenai identifikasi akibat yang mungkin timbul dari mombolos. Setiap siswa mempunyai pemikiran masing-masing tentang akibat yang ditimbulkan dari membolos. Dari banyaknya pemikiran siswa ini menimbulkan keragaman pendapat akibat membolos.
4.        Mengidentifikasi norma sosial
Hasil pemikiran dari masing – masing siswa mengenai akibat membolos selanjutnya diidentifikasi kesesuaiannya berdasarkan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sehingga diperoleh jawaban yang dominan, yaitu jawaban mengenai akibat membolos yang sesuai dengan norma sosial.
c)    Tahap ketiga : Membuat keputusan nilai personal
1.        Mengidentifikasi nilai yang ada di balik masalah perilaku dan norma sosial
Setelah menemukan identifikasi akibat membolos yang sesuai dengan norma, kemudian diskusi selanjutnya adalah mengidentifikasi nilai – nilai sosial yang terkandung akibat membolos.
2.        Siswa membuat kajian personal tentang norma yang harus diikuti sesuai dengan nilai yang dimiliki.
Tahap ini siswa mengkaji perilaku membolos, artinya siswa mengkaji perilaku yang sesuai dan tidak menurut norma yang berlaku di masyarakat.
d)   Tahap keempat : Mengidentifikasi pilihan tindakan
1.        Siswa mendiskusikan berbagai pilihan atau alternative perilaku
Siswa mendiskusikan berbagai pilihan alternatif untuk mengatasi perilaku membolos.
2.        Siswa besepakat tentang pilihannya itu
Berbagai pilihan atau alternatif untuk mengatasi perilaku membolos telah di dapat, kemudian dipilih mana yang paling tepat. Pemilihan alternatif cara mengatasi membolos ini dipilih melalui kesepakatan seluruh peserta diskusi (siswa).
e)    Tahap kelima : Membuat komentar
1.        Siswa membuat komentar secara umum
Setelah siswa sepakat memilih beberapa alternatif cara mengatasi membolos, selanjutnya adalah membuat komentar secara umum.
f)    Tahap keenam : Tindak lanjut perilaku
1.      Setelah periode tertentu, siswa menguji efektifitas dari komitmen dan perilaku baru itu. Komentar dari para siswa kemudian ditindak lanjuti untuk dilakukan uji efektifitas dan menemukan cara mengatasi membolos sebagai perubahan perilaku yang efektif.

Disini akan dijelaskan contoh dari penerapan model pembelajaran pertemuan kelas. Dalam penerapannya penulis mengambil contoh pada mata pelajaran IPA SD  kelas VI semester I dengan materi Tata Surya. Metode pembelajaran yang digunakan adalah  Ceramah, diskusi kelompok, Tanya jawab.
a)    Tahap I Menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan, yang mencakup:  
Guru
1.    Menyapa siswa dengan keramahan
2.    Memperkenalkan diri dan meminta siswa untuk memperkenalkan diri sambil mengisi daftar kehadiran
3.    Menanyakan kepada siswa apa itu tata surya.
4.    Kemudian menjelaskan apa itu tata surya
5.    Menyuruh siswa untuk membaca buku pelajaran IPA.
Siswa
1.      Memperkenalkan diri kepada guru
2.      Menjawab pertanyaan guru tentang pengertian  tata surya
3.      Siswa membaca beberapa kalimat secara bergiliran dan bergantian. Dengan alokasi waktu 10 menit
b)   Tahap II Menyajikan  masalah untuk diskusi yang mencakup:
Guru
1.    Menanyakan kepada siswa apa ada masalah tentang tata surya  tersebut
2.    Menanyakan kepada  siswa tentang inti pokok pada materi tata surya tersebut
3.    Guru membuat  kelompok diskusi secara acak
Siswa
1.    Siswa menanyakan apabila terdapat masalah
2.    Siswa menjelaskan  inti  pokok  materi yang dibacakan
3.    Siswa membuat kelompok. Dengan alokasi waktu 15 menit.
c)    Tahap III Mengembangkan pertimbangan nilai personal yang mencakup:
Guru
1.    Memberikan materi tata surya yang akan didiskusikan oleh masing-masing kelompok dari buku paket fisika  tentang  tata surya dan inti pokoknya .
2.    Berkeliling melihat  partisipasi siswa sambil  menayakan kepada siswa  ada kesulitan atau tidak.
Siswa          
1.    Melakukan diskusi membahas tentang tata surya yang ditugaskan. Dengan alokasi wakru 30 menit.
d)   Tahap IV Mengidentifikasi alternatif tindakan yang mencakup:
Guru
1.    Jika kelompok ada kesulitan membantu mengarahkannya.
2.    Melihat siswa yang aktif  dan yang tidak aktif dalam  diskusi kelompok.
3.    Jika ada siswa yang tidak aktif didekati supaya focus  pada diskusi.
4.    Siswa Siswa aktif  dalam kegiatan diskusi. Dengan alokasi waktu 25 menit.
e)    Tahap V Merumuskan  kesepakatan yang mencakup
Guru
1. Menyuruh kelompok untuk maju kedepan dan kemudian membacakan hasil diskusi kelompok.
2.      Meluruskan jawaban dari masing-masing kelompok jika ada yang kurang benar.
3.      Kemudian menyimpulkan  hasil diskusi perkelompok.
4.      Mempersilahkan siswa  untuk bertanya jika ada yang ingin ditanyakan tentang materi tata surya.
Siswa
1.    Semua kelompok siswa maju kedepan secara bergantian kemudian perwakilan membacakannya
2.    Mencatat hasil kesimpulan perkelompok
3.    Siswa menayakan jika kurang mengerti atau jika ada yang ingin ditanyakan tentang  tata surya.Dengan alokasi waktu 10 menit.
f)    Tahap VI Tindak lanjut perilaku yang mencakup:
Guru
1.    Guru memberikan PR untuk minggu depan tentang berita mencari dari koran atau majalah kemudian
2.    Guru mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam dan terima kasih.
3.    Siswa mengerjakan PR . Dengan alokasi waktu  10 menit.
Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran Classroom Meeting:
a)    Kelebihan
1.    Dapat mengetahui karakteristik masing-masing siswa.
2.    Dapat membuat siswa senang karena bisa berkumpul dengan teman-teman yang belum dan yang sudah mereka kenal.
3.    Siswa dapat menanyakan secara langsung jika ada yang tidak dimengerti kepada guru.
4.    Dapat memecahkan masalah secara langsung
b)   Kekurangan
1.    Membutuhkan tenaga yang lebih banyak.
2.    Terkadang ada ketidak cocokan antara siswa dan guru.
3.    Terkadang terjadi perselisihan antara siswa dengan siswa
4.    Tidak ada guru maka proses belajar dan mengajar tidak bisa terlaksana.
5.    Harus menentukan waktu dan tempat untuk proses belajar mengajar

2.3    Pengertian Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Model ini dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert A.Thelen yang menggabungkan pandangan-pandangan proses sosial yang demokratik dengan penggunaan strategi-strategi ilmiah untuk membantu manusia menciptakan pengetahuan dan masyarakat yang teratur dengan baik. Tujuan mengajar dengan model investigasi kelompok adalah untuk mengembangkan keterampilan berpartisipasi, dalam proses sosial (kelompok) melalui keterampilan interpersonal (kelompok) dan inkuiri ilmiah. Landasan filosofis model ini adalah bahwa peran pendidikan dalam mengembangkan kemampuan individual adalah dengan cara merefleksi melalui berbagai cara dengan menhandel informasi dalam konsep, keyakinan, dan nilai-nilai yang ada pada individu itu. Penerapan model ini dimulai dengan menghadapkan siswa kepada masalah, yang muncul dari sumber yang berbeda-beda. Masalah itu bisa merupakan bagian dari suatu pengalaman. Permasalahan yang dihadirkan dapat disediakan oleh guru ataupun muncul dari kelas. Jika ada siswa bereaksi terhadap masalah tersebut maka guru menarik perhatian mereka terhadap reaksi yang berbeda. Jika siswa telah menunjukkan minat terhadap reaksi-reaksi yang berbeda itu maka guru mendorong siswa untuk merumuskan masalah untuk diri mereka. Setelah dirumuskan siswa mengkajinya dengan memperhatikan peranan dan mengorganisasi dirinya, kemudian bertindak dan melaporkan hasilnya. Beberapa hal yang dapat ditarik dari model ini adalah:
1.    Sistem sosial. Model ini bersifat demokratik, karena masalah tidak hanya dimunculkan oleh guru, tetapi bisa juga muncul dari siswa. Guru dan siswa memiliki status yang sama. 
2.    Prinsip-prinsip reaksinya adalah guru bertindak sebagai konselor tanpa mengganggu struktur yang ada.
3.    Sistem yang menunjang. Dukungan yang diberikan guru bersifat ekstensif dan responsif terhadap apa yang dibutuhkan siswa. Disamping itu hubungan dan kontak dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dan orang-orang yang ada di sekitar siswa juga diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalah yang menjadi fokus pelajaran.
4.    Model dapat digunakan untuk semua bidang pelajaran dan juga dapat digunakan sebagai aspek di dalam merumuskan dan memecahkan masalah siswa.
2.4    Sintaks Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Adapun sintaks model pembelajaran investigasi kelompok yaitu sebagai berikut.
a)    Fase 1 : Menggorganisasikan kelompok-kelompok kooperatif dan mengidentifikasi topik.
Kedua tugas yang disebut di atas urutannya dapat bervariasi, sesuai dengan situasi. Guru dapat terlebih dahulu mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kooperatif sebelum mengidentifikasi topik pembelajaran, atau sebaliknya terlebih dahulu mengidentifikasi topik, baru kemudian mengorganisasikan siswa ke kelompok-kelompok. Bergantung pada topik yang dipilih pada fase 1, maka adalah sangat penting untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun kekompakan tim (kelompok), sehingga terbentuk solidaritas dan kohesi antar anggotanya. Perlu dicatat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini merupakan sebuah model pembelajaran yang kompleks, yang berbeda sama sekali dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, di mana tingkat kooperasi antar anggota kelompok harus benar-benar baik dan efektif. Agar apa-apa yang dilakukan oleh kelompok bermanfaat dan efektif, maka setiap anggota kelompok harus produktif dan mempunyai hubungan kooperasi yang baik satu sama lain.
b)   Fase 2: Perencanaan Kelompok
Selama fase perencanaan kelompok, siswa harus menentukan batasan/cakupan penyelidikan mereka, mengevaluasi sumber daya yang mereka miliki, merencanakan suatu aksi/tindakan, dan menugaskan /memberikan tanggung jawab yang berbeda kepada setiap anggota kelompok. Bila semua anggota kelompok menyelidiki topik yang sama, tugas utama mereka pada fase ini adalah menentukan bagaimana cara membagi informasi dasar yang telah mereka miliki masing-masing. Jika anggota-anggota kelompok bertugas sendiri-sendiri untuk menyelidiki sub-sub topik, maka keputusan penting  pada fase perencanaan ini adalah bagaimana mereka seharusnya berkoordinasi, dan membagi tugas siapa yang akan bertanggungjawab terhadap informasi dasar, siapa yang mengumpulkan data, siapa yang menganalisis, siapa yang mengkombinasikan sub-sub proyek menjadi suatu keutuhan, serta siapa yang akan menulis laporan. Tugas-tugas demikian tentu amat rumit dan tidak dapat dibagi secara tegas.
c)    Fase 3: Mengimplementasikan penyelidikan (investigasi)
Pada fase ini setiap kelompok akan mengimplementasikan penyelidikan/inkuiri. Biasanya fase 3 ini memerlukan waktu lebih panjang dari fase lainnya. Setiap kelompok memerlukan banyak waktu untuk mendesain prosedur pengambilan data, mengambil data, menganalisis, dan mengevaluasi data, dan mengambil kesimpulan. Menjaga agar setiap kelompok dan anggota-anggotanya bekerja secara efektif dan produktif, dapat saja sulit dilakukan karena kadang-kadang setiap sub-proyek/proyek penyelidikan berbeda kebutuhan waktunya. Laporan-laporan kemajuan setiap kelompok terhadap sub proyek/proyek penyelidikan mereka sangat penting pada fase iniagar guru dapat mengkoordinasikan usaha-usaha setiap kelompok dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan mereka masing-masing.
d)   Fase 4: Mengalasis hasil penyelidikan dan menyiapkan laporan
Saat siswa mengumpulkan informasi, maka informasi tersebut perlu dianalisis dan dievaluasi. Guru dapat membantu proses ini dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan secara kontinyu memfokuskan perhatian setiap kelompok pada pertanyaan atau masalah yang sedang diselidiki. Pada penyelidikan-penyelidikan yang panjang, siswa dapat saja kehilangan arah terhadap fokus pembelajaran/studi mereka. Cara lain untuk membantu siswa adalah dengan membantu mereka menganalisis hasil dengan meminta mereka agar selalu membagi penemuan-penemuan mereka terhadap anggota-anggota kelompoknya. Atau, guru dapat pula meminta siswa bereksperimen dengan berbagai cara dalam memberikan display data, bentuk diagram, dan tabel-tabel, sehingga setiap anggota dapat memahami hubungan antar data yang telah mereka kumpulkan.
e)    Fase 5: Mempresentasikan hasil penyelidikan
Pada fase kelima ini ada dua tujuan yang harus dilakukan. Pertama adalah mendesiminasikan informasi; yang kedua mengajarkan kepada siswa bagaimana mempresentasikan informasi dengan jelas dan dengan cara yang menarik. Format fase terakhir ini dapat sangat bervariasi, misalnya: presentasi untuk seluruh kelas; presentasi untuk sebagian kelas saja; presentasi dalam bentuk poster; demonstrasi; presentasi melalui rekaman video; atau satasiun pusat belajar. Tugas siswa pada fase kelima ini amat bergantung pada jenis informasi itu sendiri, jenis audiens, dan pembuatan presentasi informasi secara menarik. Tugas-tugas pada fase kelima ini sangat berguna bagi hidup mereka kelak ketika terjun langsung ke masyarakat, dan sering tidak dipelajari pada kelas-kelas konvensional/tradisional.
BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.
1)   Model pertemuan kelas adalah model pembejaran yang terjadi didalam kelas yang melibatkan pendidik dan peserta didik didalamnya yang bekerja sama untuk menciptakan suasana belajar yang hangat dan damai didalamnya demi terciptanya pembelajaran yang optimal.
2)   Terdapat enam tahapan dalam model pembelajaran pertemuan kelas.
3)   Model pembelajaran investigasi kelompok Tujuan mengajar dengan model investigasi kelompok adalah untuk mengembangkan keterampilan berpartisipasi, dalam proses sosial (kelompok) melalui keterampilan interpersonal (kelompok) dan inkuiri ilmiah.
4)   Terdapat lima tahapan dalam model pembelajaran investigasi kelompok.

3.2    Saran
Adapun saran yang disampaikan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.      Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis model pembelajaran yang efektif  untuk pembelajaran di sekolah dasar.
2.      Agar para guru mengetahui lebih jelas kekurangan dan kelemahan pada tiap-tiap model pembelajaran.
3.      Agar mahasiswa PPL-Real dapat menjadikan sintaks model pembelajaran sebagai acuan dalam pengajaran di sekolah-sekolah yang ditempatinya.



DAFTAR PUSTAKA

Daili,Arifah. 2009. Model-Model Pembelajaran IPS. Twinkle-twinkle little star.blogspot.com (diakses tanggal 1 Maret 2014)
(no name). 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation. www.wikipedia.com (diakses tanggal 1 Maret 2014)
Santoso,Edi. 2011. Model-Model Pembelajaran. www.google.com (diakses tanggal 1 maret 2014)

















 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP Simetri Lipat dan Simetri Putar

Hakikat Pendidikan IPS di SD